Ramanujan : Persamaan (matematika) Menggambarkan Pemikiran Sang Pencipta

, , No Comments
Kita tidak membahas tentang Sang Pencipta ataupun matematika di sini. Tapi saya hanya ingin memuji film-film yang belakangan mengangkat kisah-kisah dari India yang banyak memberikan pengalaman  tentang kehidupan meskipun belum memberikannya secara menyeluruh. Di mulai dari film 3 Idiots, Life of Pi, PK, The Hundred foot Journey hingga terakhir yang saya tonton sebuah kisah nyata yang menceritakan matematikawan India yang bernama Srinivasa Ramanujan yang dibawa dalam film The Man Who Know Infinity.

Apa yang membuat film-film yang saya sebutkan judulnya tadi sangat berkesan? Sangat banyak. Masing-masing film memiliki karakteristik sendiri dalam penyampaian pesan kepada penonton. Banyak mungkin di antara kita lebih tertarik dengan film-film Hollywood yang penuh dengan action, teknologi, ledakan, dan permainan berpikir cepat dalam setiap alur ceritanya  sehingga menjadikan film yang bertemakan india tidak termasuk dalam daftar tontonan. Padahal bagi saya, film-film india saat ini cukup memiliki nilai positif bagi para penonton, sangat emosional, dan hal-hal lain yang terkadang hampir mengarah pada pendalaman spiritual.



Srinivasa Ramanujan (1887-1920), seorang jenius india yang mengaku bahwa segala macam persamaan matematika yang Ia buat adalah berasal dari intuisi nya sebagai manusia. Sebagaimana yang sering ia katakan bahwa "Sebuah Persamaan Matematika bagi Saya tidaklah bermakna apa-apa selain itu menggambarkan pemikiran Sang Pencipta." Kalimat super ini, ditegaskan kembali oleh Professor Hardy, Mentor sekaligus rekan kerja Ramanujan di Kampus Trinity, Cambridge bahwa "ungkapan itu bukan pembenaran kita (matematikawan) untuk matematika murni. Kita hanya merambah ketiadaan batas dengan mengejar kesempurnaan absolut. Kita tidak menciptakan rumus, tetapi itu sudah ada sejak sebelumnya, diam menunggu pemikiran cemerlang seperti Ramanujan untuk dicurahkan dan dibuktikan. Pada akhirnya, saya mempertimbangkan, siapa kita yang mempertanyakan kemampuan Ramanujan dengan mengesampingkan Sang Pencipta?" Kalimat inilah yang membawa seorang Ramanujan masuk sebagai anggota elite di kampus trinity yang dikenal dengan nama Fellow of The Royal Society.

Gelar yang ia dapatkan tidaklah gampang diperoleh. Ia harus melalui masa-masa intimidasi saat di kampus, sakit, penyiksaan fisik yang ia rasakan sebagai kaum minoritas di Inggris khususnya di dalam kampus tempat ia menerbitkan jurnal yang berjudul Highly Composite Number ini.

Pada akhirnya, jenius tetaplah jenius. Namun Ramanujan adalah seorang jenius yang tidak melupakan kehidupan spiritualitas dalam setiap rumusan-rumusan matematika yang ia temukan, karena ia yakin bahwa semua itu adalah bisikan Sang Pencipta saat ia tidur atau bahkan dalam memecahkan permasalahan.

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Isi Komentar Anda