Nasehat dan Tradisi...... Sesuatu yang harus diubah atau dipatuhi??

, , No Comments
Selama ini, apa yang menjadi tujuan kebanyakan orang adalah menjadi orang yang sukses. Sejak kecil, tidak asing bagi saya mendengar pesan/nasihat dari orang yang lebih tua bahkan juga dalam pelajaran sekolah tentang bagaimana menggapai kesuksesan di masa mendatang. Memang sebuah kata tradisi yang masuk akal dan patut diikuti. Jika saya tidak salah, begini lah isi dari beberapa nasihatnya:

1. "Rajinlah belajar, supaya ilmu mu bisa engkau bagikan kepada orang lain"

Yah, itu lah isi pesan yang hampir setiap orang pernah dapatkan dari nasihat orang tua. Tetapi, terkadang saya juga pernah mendengar nasihat dari orang lain seperti ini:

2. "Pintar-pintar lah belajar supaya nanti dapat kerja yang bagus"

Wow... Ini juga sebuah pesan yang bagus yang patut diacungi jempol. Pastinya nasihat yang no.2 ini tidak mungkin dikatakan pada saat seseorang berusia kecil.

Di masa sulit sekarang, jelas setiap orang akan lebih mendengarkan nasihat no. 2 dibandingkan dengan dengan nasihat pertama. Alasan yang masuk akal untuk kata 'mengapa' kebanyakan orang memilih nya karena saat ini, sudah sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan semakin ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. Belum lagi, kebanyakan perguruan tinggi melabelkan motto yang isinya "Mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja".

Sejujurnya, saya agak sedikit takut mendengar motto seperti itu. Seakan-akan mahasiswa nantinya dituntut untuk mendapatkan pekerjaan yang demikian bagus agar perguruan tinggi bersangkutan mendapatkan predikat dengan alumni yang tidak menghasilkan pengangguran. Baiklah, saya mulai mempertentangkan semua hal ini dimulai dari kata pengangguran.

Kita pasti mengetahui pengangguran adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan ataupun bisa juga diartikan orang yang sedang mencari pekerjaan. Dan orang-orang seperti ini terkadang dipandang sebelah mata. (apalagi jika seorang lelaki pengangguran datang ke rumah pacar nya memperkenalkan diri, pasti secara tidak langsung ataupun langsung di tolak oleh orang tua pacarnya. tragis..).
Menurut saya, seorang pengangguran bukan berarti dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan, tetapi mungkin karena belum waktunya untuk bekerja atau bahkan dia memiliki usaha sehingga ia tidak harus bekerja. Jadi, seorang pengusaha juga adalah seorang pengangguran. Yah, begitulah kesimpulan saya dari pengertian pengangguran. (ck... ck... mungkin saya yang salah konsep atau memang telah banyak yang telah berpikir seperti ini??)

Lalu, tentang kedua nasihat yang saya tahu seperti diatas, saya lebih setuju yang pada nasihat pertama (dan jika perlu nasihat yang nomor 2 dibasmi saja dari Indonesia ini). Kenapa????
Nasihat kedua adalah sebuah nasihat yang sungguh membuat Indonesia ini hancur menurut saya. Apa yang pertama kali saya pikirkan setelah mendengarnya ialah berarti saya harus dituntut mendapatkan pekerjaan setelah menuntut ilmu sampai ketingkat tinggi (bahkan kalau bisa menjadi Doktor). Lalu mulailah para alumni dari berbagai kampus di Indonesia mencari mana perusahaan yang terbaik, kemudian menjatuhkan lamaran nya disitu. Atau yang paling parah menurut saya ialah, banyak orang-orang memilih masuk PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan alasan masa depan lebih terjamin. WOW..... Sungguh alasan yang masuk akal.... Tetapi, apakah ilmu yang sedemikian tinggi yang didapatkan sewaktu kuliah benar-benar diterapkan jika telah menjadi seorang PNS??? Ataukah memang hanya mencari selamat saja?? Atau apakah dengan berbagai gelar dari perguruan tinggi kita merasa bangga dengan apa yang kita miliki.

Baiklah, marilah kita bandingkan dengan orang-orang kaya dan juga merupakan sukses didunia. Bill Gates (founder Microsoft), Mark Zuckerberg (founder Facebook), Mike Lazaridis (founder Research In Motion) dan masih banyak lagi. Orang-orang ini adalah orang-orang kaya dunia yang gagal mendapatkan gelar sarjananya. Bukan berarti mereka tidak sanggup menyelesaikan nya, tetapi karena lebih dari itu, mereka mampu menciptakan apa yang tidak terpikirkan oleh kita. Lantas, siapa yang patut disebut sarjana?? Kita yang telah mendapatkan gelar tersebut, atau mereka?? Inilah akibat nasihat yang selalu kita pegang teguh yaitu nasihat no. 2.

Pintar belajar bukan berarti kita harus mendapatkan pekerjaan dan harus mencapai gelar Doktor, tetapi bagilah ilmu yang kita miliki agar dapat digunakan oleh orang lain (nasihat nomor 1 tentunya). Ada baiknya nasihat nomor 2 kita ubah menjadi berikut:
"Pintar-pintar lah belajar agar kelak kita dapat membangun usaha sendiri"
Coba bayangkan seandainya kata-kata ini yang ditanamkan pada pikiran kita, kita akan dengan sendirinya berlomba-lomba untuk berinovasi membangun/menemukan langkah kita kedepan dalam membangun usaha sesuai dengan ketertarikan kita pada bidang tertentu.

Dan lagi, sistem pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan yang salah menurut saya. Sejak SMP, setiap siswa wajib mempelajari mata pelajaran yang tidak sanggup dia ikuti seperti Fisika dan Matematika. Bahkan lebih buruknya lagi, semua siswa hampir tidak mengetahui apa tujuannya belajar kedua mata pelajaran itu. Kalau begitu siapakah yang salah ketika seorang murid SMP tidak lulus di mata pelajaran Sains seperti Fisika dan Matematika saat Ujian Akhir Nasional?? (Silahkan kita jawab masing-masing).

Nah, dari semua penjabaran diatas, saya simpulkan:
  1. Hendaklah kita mengubah tradisi dimana kita belajar setinggi langit untuk mencari kerja menjadi belajarlah untuk menciptakan peluang usaha yang bermanfaat bagi semua orang
  2. Hendaknya sistem pendidikan di Indonesia di ubah menjadi Kurikulum yang berdasarkan Bakat dan Minat Siswa nya.
Sebagai penutupan, renungkanlah kata bijak berikut:
Janganlah mencari kesuksesan, tetapi carilah kesempurnaan. Karena dengan kesempurnaan yang kita miliki, maka kesuksesan itu akan datang dengan sendirinya.

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Isi Komentar Anda